Pendidikan
berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan
semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif,
baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan sekedar memberikan
pengetahuan, nilai-nilai atau melatih keterampilan. Pendidikan berfungsi
mengembangkan apa yang secara potensial dan aktual telah dimiliki oleh peserta
didik, sebab peserta didik bukanlah gelas kosong yang harus diisi dari luar.
Dalam pendidikan bahasa memiliki peranan yang
sentral dalam mengembangkan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik
dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari materi dalam semua
bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik
berkomunikasi dalam kehidupan, mengemukakan pikiran dan perasaan, serta
menggunakan imajinasi dan kreatifitasnya menghasilkan sebuah karya.
Keterampilan
berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening
skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca
(reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills) (Tarigan, 2008:1).
Setiap keterampilan mempunyai hubungan yang erat dengan proses-proses berpikir
yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin
terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pemikirannya.
Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak
latihan.
Menulis
merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung dan memiliki banyak manfaat yang dapat dipetik dalam
kehidupan ini, diantaranya adalah meningkatkan kecerdasan, mengembangkan
kreativitas, menumbuhkan keberanian, dan mendorong kemampuan mengumpulkan
informasi.
Keterampilan
menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling sulit dan kompleks
dibandingkan keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Oleh karena itu,
keterampilan menulis dikuasai peserta didik setelah ia menguasai ketiga
keterampilan tersebut. Keterampilan menulis menuntut penguasaan peserta didik
terhadap unsur kebahasaan dan unsur-unsur diluar kebahasaan yang akan menjadi
isi karangan yang ditulis. Selain itu, keterampilan menulis juga memerlukan
metode tertentu dan latihan yang terus menerus supaya peserta didik semakin
terampil menulis. Keberhasilan proses pembelajaran disekolah banyak ditentukan
oleh kemampuan menulis peserta didik, salah satunya kemampuan menulis teks.
Berdasarkan
hasil observasi yang terlah dilakukan, diperoleh hasil bahwa keterampilan
menulis teks laporan percobaan masih rendah. Hal ini diperkuat dengan data yang
diperoleh peneliti dari para peserta didik yang menyatakan bahwa mereka masih
mengalami kesulitan untuk menyusun teks yang sesuai dengan isi, tema yang
dipilih, menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan, menyusun paragraf yang runtut
dan padu, memilih dan menggunakan kata yang tepat, menyusun kalimat efektif dan menggunakan
ejaan yang tepat.
Penyebab rendahnya
keterampilan menulis siswa salah satunya yaitu oleh faktor guru. guru Bahasa
Indonesia belum menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas
peserta didik, guru belum menyajikan materi menulis yang menarik, inspiratif,
dan kreatif. Guru masih menerapkan model pembelajaran konvensional dengan
mengunakan metode ceramah dan penugasan sehingga kelas masih didominasi oleh
guru. Peserta didik lebih banyak mendengarkan penjelasan guru dan melaksanakan
tugas jika guru memberikan tugas/latihan setelah penjelasan dari guru selesai.
Peserta didik bersikap pasif karena hanya menerima informasi dari guru. Guru
yang menjadi pusat pembelajaran. Peserta didik tidak diajarkan strategi belajar
yang dapat memahami belajar, berfikir, dan memotivasi diri sendiri.
Guru harus dapat
menciptakan pembelajaran yang dapat membantu peserta didik mencapai tujuan.
Pembelajaran tersebut harus mampu mengubah paradigma pembelajaran yang semula
berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta didik. Guru bukan satu-satunya
sumber belajar. Peserta didik dapat belajar dari peserta didik lain dan sumber
belajar yang berada di lingkungan peserta didik, di mana pun dan kapan pun
perserta didik tersebut beraktivitas. Dengan demikian, materi pembelajaran
tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hafalan dan
pemahaman, tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan
analisis, aplikasi, dan sintesis.
Solusi yang dapat
dikakukan guru untuk mengatasi kekurangberhasilan pembelajaran menulis menurut
peneliti adalah dengan mencoba model pembelajaran yang bervariatif dan yang
membuat siswa lebih aktif selama proses pembelajaran. Salah satu model
pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajara Project Based Learning.
Model pembelajaran
berbasis proyek (Project Based Learning)
adalah sebuah pembelajaran dengan aktivitas jangka panjang yang melibatkan
peserta didik dalam merancang, membuat, dan menampilkan produk untuk mengatasi
permasalahan dunia nyata (Sani, 2014: 172). Model Project Based Learning memiliki pengalaman belajar lebih menarik
dan bermakna untuk pelajar. Melalui model pembelajaran ini materi pembelajaran
menulis dikaitkan dengan permasalahan kehidupan sehari-hari yang bersifat
faktual. Peserta didik diminta untuk merumuskan hipotesis dan pemecahan
masalah. Dengan cara ini akan melatih peserta didik berfikir kritis, memotivasi
peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran, dan semakin mudah menuangkan
ide-idenya berdasarkan hal-hal yang konkret. Berdasarkan paparan tersebut, maka judul dalam penelitian ini adalah “Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Laporan Percobaan.