Pemahaman adalah kesanggupan untuk mendefenisikan, merumuskan kata
yang sulit dengan perkataan sendiri. Dapat pula merupakan kesanggupan untuk
menafsirkan suatu teori atau melihat konsekwensi atau implikasi, meramalkan
kemungkinan atau akibat sasuatu (Nasution : 1999). Menurut Benyamin S. Bloom
pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu
setelah sesuatu itu diketahui dan di ingat. Seorang peserta didik dikatakan
memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian
yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan bahasa sendiri (Anas
Sudijono: 2011). Ngalim
Purwanto mengemukakan bahwa pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan
yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakto
yang diketahuinya. Dalam hal ini testee tidak hanya hafal cara verbalistis,
tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan (Ngalim Purwanto:
2010).
Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti
benar, sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami (Em
Zul, Fajri & Ratu Mei ia Senja, 2008
: 607-608).
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian;
pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4)
mengerti benar (akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar.
Apabila mendapat imbuhan me- i menjadi memahami, berarti : (1) mengerti benar
(akan); mengetahui benar, (2) memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan pe- an
menjadi pemahaman, artinya (1) proses, (2)
perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik supaya
paham) (Depdikbud, 1994: 74). Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah
suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik supaya paham dan
pengetahuan banyak.
Menurut Poesprodjo (1987: 52-53) bahwa pemahaman bukan kegiatan
berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau
dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain didalam erlebnis (sumber pengetahuan
tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pengalaman yang
terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam,
menemukan dirinya dalam orang lain.
Pemahaman (comprehension), kemampuan ini
umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Menurut Bloom “Here we are using the tern
“comprehension“ to include those objectives, behaviors, or responses which
represent an understanding of the literal message contained in a
communication.“ Artinya
: Disini menggunakan pengertian pemahaman mencakup tujuan, tingkah laku, atau
tanggapan mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam satu
komunikasi. Oleh sebab itu siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang
diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan
isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal-hal yang lain. (Bloom Benyamin,
1975: 89).
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari
bahan yang dipelajari (W.S. Winkel, 1996: 245). W.S Winkel mengambil dari
taksonmi Bloom, yaitu suatu taksonomi yang dikembangkan untuk
mengklasifikasikan tujuan instruksional. Bloom membagi kedalam 3 kategori,
yaitu termasuk salah satu bagian dari aspek kognitif karena dalam ranah
kognitif tersebut terdapat aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Keenam aspek di bidang kognitif ini merupakan hirarki
kesukaran tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tertinggi.
Hasil belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi
dibandingkan tipe belajar pengetahuan (Nana Sudjana, 1992: 24) menyatakan bahwa
pemahaman dapat dibedakan kedalam 3 kategori, yaitu : (1) tingkat terendah
adalah pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang
sebenarnya, mengartikan dan menerapkan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua
adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan
yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian grafik dengan
kejadian, membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok dan (3) tingkat ketiga
merupakan tingkat pemaknaan ektrapolasi.
Memiliki pemahaman tingkat ektrapolasi berarti seseorang mampu
melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan
pada pengertian dan kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta
kemempuan membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi dan
konsekuensinya.
Sejalan dengan pendapat diatas, (Suke Silversius, 1991: 43-44)
menyatakan bahwa pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu : (1)
menerjemahkan (translation), pengertian
menerjemahkan disini bukan saja pengalihan (translation), arti dari bahasa yang
satu kedalam bahasa yang lain, dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi
suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya.
Pengalihan konsep yang dirumuskan dengan kata –kata kedalam gambar grafik dapat
dimasukkan dalam kategori menerjemahkan, (2) menginterprestasi (interpretation), kemampuan ini
lebih luas daripada menerjemahkan yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami
ide utama suatu komunikasi, (3) mengektrapolasi (Extrapolation), agak lain dari
menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut
kemampuan intelektual yang lebih tinggi.
Menurut Suharsimi Arikunto (1995: 115) pemahaman (comprehension)
siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana
diantara fakta-fakta atau konsep. Menurut Nana Sudjana (1992: 24) pemahaman
dapat dibedakan dalam tiga kategori antara lain : (1) tingkat terendah adalah
pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya,
mengartikan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran,
yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya,
atau menghubungkan dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan
pokok, dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat tertinggi yaitu pemahaman
ektrapolasi.